Aliran Sekte Agama Yahudi Yahudiah Yudaisme Judaisme

Aliran Dan Sekte Agama Yahudi Yahudiah Yudaisme Judaisme


A. Aliran-aliran dalam agama Yahudi

a. Sekte Samaria

Sekte samaria adalah salah satu sekte yang dianggap sebagai sekte tertua dalam Yahudi. Asal-usulnya kembali kepada terbaginya kerajaan Sulaiman Alaihssalam menjadi kerajaan Israel utara dengan ibu kotanya samaria dan kerajaan Israel selatan dengan ibu kotanya Yerusalem. Sekte Samaria menanamkan diri mereka yumirim dengan arti “pengawal Syariat”, dan juga menanamkan diri mereka Bani Israel, karena menganggap diri mereka sebgai bangsal Israel sejati, yaitu dari keturunan suku Efraim dan Manasye, dan oleh karena itu mereka dinamakan Bani Yusuf.
Namun sumber-sumber klasik Yahudi menganggap mereka sebagai bangsa campuran yang tidak terkait dengan darah Yahudi murni. Hal tersebut karena pencampuran mereka setelah peristiwa penawanan oleh bangsa Asyur yang mengakhiri sejarah kerjaan Israel Selatan dengan bangsa-bangsa yang menjadi objek politik ekslusif bangsa Asyur melalui pendudukan dan subtitusi di daerah-daerah jajahan mereka di Timur Dekat Kuno. Maka berbaulah orang-orang Samaria yang melarikan diri dari persaingan dengan kaum-kaum yang telah diasingkan secara paksa ke selatan palestina. Talmud menyebut sekte Samaria dengan nama Chutim atau Al-Kutiyyah, dikaitkan kepada kut, salah satu tempat tinggal asli mereka. 
Bukti ini sekarang menghadap ke kota Nablus yang dulunya bernama Samaria dan juga pernah menyandang nama Shikem dalam sejarah kuno yang mendahului kemunculan bagsa ibrani di palestina. Sekte Samaria mengkalim bahwa Ya’qub pernah membangun sebuah rumah tuahn di lokasi ini dinamakannya Betel, Bait ini dulunya adalah kiblat Musa dan orang yang merubah kiblat tersebut dan sekitarnya adalah Daud dan orang sesudahnya, Sulaiman, karena alsab-alasan politis yang sejalan dengan kerajaan yang didirikan.
Ada semacam keekstriman dalam presepsi yahudi terhadap sekte samaria hingga sampai tidak menganggap mereka sebagai orang Yahudi dan melarang nikah dengan orang hidup bersama mereka serta memandang mereka sebagai bangsa pagan. Sebaliknya Sekte Samaria membalas presepsi ini dengan presepsi kontra dimana mereka menyatakan bahwa mereka adalah representasi yang sebenernya bagi Israel. Di antara bentuk keestriman  presepsi   Yahudi klasik dan Talmud tentang sekte Samaria adalah menganggap mereka sebagai kaum pagan kendati pada haikatnya kaum samaria termasuk orang-orang yang keras dalam konsep teologi dan kadang-kadang agama mereka disebut di dalam sumber-sumber agama yahudi sebagai bentuk primitive dari agama Yahudi. Dan disebut tauhid yang radikal. Sebab mereka beriman kepada tuhan yang saru immaterial.
Sekte Samaria berbeda dari kaum Yahudi lainnya. Mereka hanya beriman kepada Taurat yang mereka namakan Turat Musa. Mereka menolak kitab-kitab perjanjian lama lainnya kecuali kitab Yesaya, sebagaimana mereka menolat Talmud. Taurat merupaka teks yang mendahului teks mesorang dengan beberapa perbedaan. Di antaranya teks dalam “Perintah Yang Sepuluh” bahwa  tempat yang dipilih Tuhan adalah bukti Gerizim. Sekte Samaria meyakini bahwa Turat mereka adalah asli, sedangkat Turat yang diimani kaum Yahudi lainnya telah mengalami distoris di tangan Ezra sang penulis. Mereka merayakan hari Paskah di atas bukti Gerizim dimana mereka menyembelih domba sebagai kuraban, kemudian memanggang dan memakannya dengan tergera-gesa. Mereka melakukan ziarah ke bukti Gerizim pada hari raya oti tidak beragi (Matzot) dan memabaca beberapa bagian dari Taurat. Di kalangan Sekte Smaria taka da tumbuh satu pun kelompok ulama selain dari para pendeta, dan hal tersebut karena para pendeta dan orang-orang lewi tidak mengizinkan. Dan para pengikut sekte Smaria tidak memiliki aktifitas hukim yang sebanding dengan aktifitas Yahudi Ortodoks.  

b. Saduki

Sebagian para penliti berpendapat bahwa nama ini adalah berasal dari kata saduk, nama seorang ketua agama yang agaung pada zaman sulaiman. Ataupun boleh jadi juga dinisbahkan pada nama seorang Rabi yang lain, yang memang terkenal dalam abad ke-3 SM. Tetapi Guignebert menolak anggapan penisbahan itu, disebabkan huruf dal pada nama golongna itu berganda (dd)= sadduk, dan tidak pula pada Rabi itu=saduk. Bukti yang lain juga mengatakan bahwa para pengikut golongan ini tidak pernah membuat pernyataan adanya hubungan di antara mereka dengan rabi ini dan rabi itu. seterusnya Guignebert berkata bahwa nama itu adalah rekaan yang diberikan kepadanya oleh musuh-musuhnya, yang bertujuan untuk memberikam maksud yang melawan, disebabkan golongan sadduki ini terkenal dengan banyak keingkarannya, maka musuh-musuhnya pun menamakannya dengan nama Sadduki(=yang amat membenarkan).
Golongan ini mengingkari adanya hari kiamat dan kehidupan sesudah mati (akhirat). Hisab, Surga dan Neraka. Menurut pernyataan mereka segala ganjaran manusia itu akan dibalas didunia belaka. Jika amalnya baik, maka dia akan mendapatkan kebaikan dan berkat dari apa yang dilakukannya. Demikian pula, jika amalnya buruk dan jahat, maka balasannya yang akan diterimanya tidak lain melainkan kebencanaan dan kesusahan.
Golongan Sadduki ini juga menolak ajaran-ajaran lisan yang tercatat di dalam Talmud, dan Taurat sendiri; mereka tidak menganggap seratus persen suci dan mutlak. mereka mengingkari keabadian individu dan mengingkari adanya malaikat dan setan-setan. Mereka tidak menerima qadha dan qadhar, tetapi mereka percaya dengan kebebasan memilih, dan segala gerak-gerik dan perbuatan, manusia yang membuatnya bukan dengan kuasa Allah. Mereka tidak percaya akan kedatangan Almasih yang ditunggu itu dan mereka tidak mengharap-harapkannya. 
Golongan Sadduki ini tidaklah menyokong pada gerakan-gerakan revolusioner ataupun segala urusan-urusan yang dilakukan secara paksaan dan kekerasan. Segala undang-undang, walau bagaimanapun rupanya, haruslah dihormati sepenuhnya, selagi Agama Yahudi tetap diberi penghormatan dalam cara apapun. Sebab itu mereka hanya mengakui pemerintahan yang berkuasa yang memebrikan pengakuan kepada Tuhan Yahuah dan keistimewaan-keistimewaan khusus yang mereka mempunyai kepentingan didalamnya. Mereka berpendapat adalah bijaksana kiranya mereka menerima keadaan yang mereka itu bersedia berada didalamnya.
Orang-orang Sadduki ini berasal dari golongan kaum aristokrat yang bertempat tinggal di Baitul Maqdis. Mereka ini merupakan golongan yang mempunyai harta kekayaan , agama, kekuasaan dan kedudukan di dalam masyarakat Yahudi. Sebab itu golongan ini disangka oleh penulis-penulis Yahudi sebagai golongan konservatif dari bangsa Yahudi. Guignebert berpendapat bahwa golongan ini menyerupai sebuah persekutuan politik dari sebuah gerakan keagamaan. Margolis menamakan mereka itu sebagai golongan konservatif disebabkan keengganannya untuk menerima pusaka, yang berupa ajaran-ajaran lisan dari kitab Talmud, dan disebabkan mereka menganggap sikap berlebih-lebihan di dalam pernyataan atau ibadah atau pusaka ajaran-ajaran lisan itu adalah semata-mata suatu bid’ah yang mesti ditolak.
Malangnya ada sumber yang mengatakan bahwa Isa a.s mempunyai hubungan yang baik dengan kaum ini, karena dikatakan bahwa Isa telah mengancam golongan Parisi dan mengakui kekuasaan Kaisar Romawi, sama sebagaimana yang dilakukan oleh golongan Sadduki ini kepada hari kiamata dan hari akhirat saja yang menimbulkan puncak perselisihan di antara mereka dengan Al masih Isa . isa telah berusaha membawa dan mengembalikan mereka kepada pernyataan yang betul, akan tetapi mereka tetap menolaknya, dan setelah itu mereka pun mulai menentang seruan Isa lebih hebat lagi dari yang sudah-sudah juga dibandingkan dari golongan yang lain.  

c. Farisi

Secara literal nama sekte ini berarti orang-orang yang “memisahkan diri” atau “orang-orang yang mengisolasi diri” dari orang lain Karen sebab-sebab yang berkaitan dengan kesucian ritual. Sekte Farisi merupakan sekte agama-politik selama rentang waktu kekuasaan Haekal kedua. Asal-usul mereka secara pasti tidak diketahui. Namun menurut beberapa ilmuwan yang menganggap mereka sebagai perpanjangan dari sekte Hasideans yang terkenal dengan perlawanan mereka tehadap  pengaruh budaya Heleneisme Yunani atas kaum Yahudi. mereka membentuk satu komunitas kecil yang tertutup dan menjalani kehidupan berkelompok, khususnya dalam hal makan, menjaga aturan-aturan kesucian. Mereka berupaya memaksakan  pengaruh mereka terhadap Haikal dan menyaingi orang-orang Saduki dalam pengaruh ini. 
Farisi adalah pemimpin spiritual Yahudi yang berkembang pada masa Bait Allah ke-2 , sekitar abad ke 2 SM. Menurut para ahli kaum Farisi merupakan perkembangan dari golongan Hasidim. Golongan yang menganggap diri mereka sebagai orang yang beragama dan Shaleh. Menurut Yosefus Falvius, pada masa pemerintahan Yohanes Hirkanus (135-10 SM) kaum Farisi mulai menunjukkan pengaruhnya dikalangan masyarakat. Kaum Farisi juga memiliki pengaruh dibidang Politik, terutama pada masa Salome Alexandra (76-67 SM) namun setelah Roma berkuasa pada than 63 M, kaum Farisi kembali pada peranan asli merkea sebagai kelompok yang menjelaskan hukum secara terperinci, dan arbitrator perselisian –perselisishan dalam komunitas tersebut.
Pemikiran dasar orang Farisi ini berakar pada zaman Ezra dan Nehemia. Ezra dan Nehemia menguraikan secara rinci dan menafsirkan hukum yang tertulis itu. Ezra dan Nehemia melarang perkawinan campuran. Nehemia  memberlakukan peraturan bagi sabat dan memberlakukan persembahan persepuluhan. Dapat dikatakan bahwa kaum Farisi mengikuti jejak-jejak Ezra dan Nehemia yang telah menetap ulangkan kedudukan Taurat pada masyarakat Yahudi. 
Sekte Farisi memasukkan tradisi-tradisi masyarakat yang tidak ada dasarnya dalam Taurat ke dalam aqidah, dan hal inilah yang ditolak oleh orang orang Saduki. Sekte Farisi juga terkenal sangat bertentangan dengan sekte Saduki, dan kedua sekte ini adalah sekte yang paling berpengaruh pada masanya. Orang- orang Farisi mengakui konsep dinamis dalam hukum-hukkum tasyri’. Sementara kaum Saduki menolak beradaptasi dengan lingkungan yang berubah. Oleh karena itu pada saat kaum Farisi bersifat fleksibel dalam penafsiran mereka, kaum Saduki justru konsisten bersifat literal dalam menafsirkan teks yang tertulis.
Para ilmuwan menganggap sekte Farisi bertanggung jawab atas sokonngan ahlak dan unsur fleksibilitas yang membuat agama Yahudi tetap eksis dan mampu melawan krisis-krisik  sejarah keagamaan. Mereka memandang sekte ini sebagai unsur kemajuan dalam agama Yahudi. hal ini karena orientasinya yang tetap terus-menerus menafsir ulang syariat dan menghasilkan warisan lisan atau dapat dinamakan tradisi lisan. Sekte Farisi diaggap bertanggung jawab terhadap pengembangan dan penyokongan Sinagig sebagai pusat peribadatan dan pengajian disamping Haikal. Mereka juga mengembangkan ritual Sinagog yang sebagian besar masih diikuti sampai sekarang. 

d. Ananiyah (anan bin daud 715-795)

Mereka dinisbatkan kepada Anan bin Daud, seorang raja Jalut. Mereka berbeda pendapat dengan seluruh Yahudi tentang hari Sabat dan hari berbangkit. Mereka melarang makan burung, hewan ternak, ikan, dan belalang. Mereka menyembelih hewan dari punggungnya. Mereka juga membenarkan ajaran dan petunjuk Isa a.s..
Dan sebagian pengikut Ananiyah ada yang berkata:”Isa a.s. tidaklah mengakui bahwa dirinya adalah Nabi yang diutus, dia bukan juga keturunan dari Bani Israil, dan dia juga bukan pemiliki syariat yang menghapus syariat Musa a.s. melaikan dia adalah wali Allah yang mengerti tentang hukum-hukum Taurat. Dan Injil itu bukanlah kitab yang diturunkan dari Allah sebagai wahyu  melainkan kumpulan keadaan-keadaan Isa dari permulaan Injil sampai akhirnya. Pengumpul Injil itu 4 sahabat Hawariyin, maka apakah Injil layak disebut sebagai kitab yang diturunkan. 
Pemikiran para pengikut sekte karaite mencakup beberapa sekte Yahudi yang terpengaruh dengan Islam, seperti Al-Isawiyah (Isawites) yang didirikan oleh Abu Isa  Al-Ashafani dan Al-Yodganiyah (Yudghanites) yang didirikan oleh Yodgan, murid Abu Isa Al-Ashfani, dan kedua-duanya mengaku nabi pada abad VIII Masehi. Kelompok yang terakhir terpengaruh dengan sekte Mu’tazilah Islam dan para pengikutnya masuk kedalam sekte Karaite sesudah kemunculannya. Kemudin yang berafiliasi kepada Al-Yodganiyah adalah kelompok Al-Musykaniyah. Kelompok ini mengakui kenabian Muhammad dan mengakui bahwa beliau diutus kepada bangsa Arab, bukan kepada Bani Israel. Kelompok Karaite juga mencakup kelompok-kelompok Yahudi lainnya, seperti sebagian orang-orang Saduki dari sisa-sisa masa seelum Talmud, Boethusians dan gerakan-gerakan keagamaan lainnya yang menentang Yahudi Tradisionalis. Asal-usul sekte Karaite kembali kepada masa Yerobeam pada awal terbaginya kerajaan Israel menjadi dua kerajaan setelah wafatnya sulaiman pada abad X SM dan munculnya sekte Saduki, para pengikut Zadok. Namun sumber-sumber Rabi Tradisionalis mengembalikan munculnya sekte Karaite kepada Anan bin Daud dan ambisinya serta kedengkiannya terhadap saudaranya, Hananiya, yang dipilih menjadi pimpinan oleh Jalut.

B. Perbedaan Ajaran Dalam Setiap Sekte

No.
Nama Sekte
Pokok Ajaran
1.
Samaria
·         Hanya Beriman Kepada Taurat (mereka namai Taurat Musa);
·         Menolak kitab-kitab perjanjian lama;
·         Beriman kepada Musa, dan menolak nabi-nabi lain;
·         Beriman kepada kesucian bukti Gerijim dan menganggapnya sebagai kiblat Bani Israel;
·         Meyakini hari akhir, dan meyakini Isa Al-Masih sebagi juru selamat;
2.
Saduki
·         Mengingkari adanya hari kiamat, kehidupan setelah mati, hisab, surga, dan neraka;
·         Menolak ajaran-ajaran Lisan yang tercatat tercatat di dalam Talmud;
·         Mereka tidak menanggap 100% bahwa Taurat itu suci dan mutlak
·         Mereka mengingkari adanya Malaikat dan setan-setan
·         Tidak menerima Qadho dan Qadar, tetapi mereka percaya dengan kebebasan memilih.
·         Tidak percaya kedatangan Almasih dan mereka tidak mengharapkan kedatangannya.
3.
Farisi
·         Melarang perkawinan campuran;
·         Bersifat fleksibel dalam penafsiran mereka, kaum Saduki justru konsisten bersifat literal dalam menafsirkan teks yang tertulis;
·         Mempercayai hari Ba’ats (Kiamat);
·         Mempercayai kebangkitan orang-orang telah mati;
·         Mempercayai malaikat;
·         Kebanyakan mereka hidup dalam suasana zuhud dan bertasawuf
·         mempercayai tentang kedatangan Al-Masih
4.
Ananiyah
·         Tidak percaya hari sabat dan hari berbangkit;
·         Melarang makan burung, binatang buas, ikan dan belalang;
·         Membenarkan ajaran Isa tetapi tidak mengakui kenabiannya;
·         Tidak mengakui Injil sebagai kitab yang diturunkan Allah.



PENUTUP


A. Simpulan

Setiap agama selalu memunculkan sekte-sekte. Hal ini terjadi karena suatu teks suci dari setiap agama ditafsirkan oleh manusia yang menghasilkan banyak penafsiran. Dari semua penafsiran itu muncul perbedaan-perbedaan pendapat. Dan dari perbedaan pendapat itu muncullah sekte-sekte dari satu agama.
Agama Yahudi sebagai salah satu agama terbesar dan tertua di dunia juga memiliki banyak sekte. As-Syahrostani menyebutkan bahwa sekte dalam agama Yahudi mencapai 71 golongan. Mereka berbeda pendapat dalam menyikapi Taurat dan juga perkataan Musa.
Dari 71 golongan yang disebut as-Syahrostani, empat di antaranya dibahas di makalah ini. Samaria, Saduki, Farisi, dan Ananiyah adalah empat sekte yang dibahas secara singkat. Ke-empat sekte ini merupakan sekte-sekte dari agama yahudi kuno.

B. Saran

Makalah ini dibuat oleh kelompok 7 yang juga menjadi kelompok terakhir di rentetan kelompok yang membahas tema-tema dalam mata kuliah agama Yahudi. Penyusun masih duduk di semester lima tentunya akan masih banyak kekurangan dalam makalah ini. Penulisan dan materi yang kami berikan mungkin jauh dari kata “baik”. Maka dari itu, kritik dan saran dari para pembaca sangat kami butuhkan.

Komentar

Posting Komentar

Blog Lainnya