Etika Dan Moral Agama Yahudi Yahudiah Yudaisme Judaisme

Etika Dan Moral Agama Yahudi Yahudiah Yudaisme Judaisme


A. Pengertian Etika dan Moral

Etika artinya sama dengan kata indonesia “kesusilaan” yang terdiri dari bahasa sanksekerta “su” yang berarti baik, dan “sila” yang berarti norma kehidupan. Etika menyangkut kelakuan yang menuruti norma-norma yang baik. Dengan demikian Etika dapat diartikan sebagai suatu atau kesediaan jiwa seseorang untuk senantiasa taat dan patuh kepada seperangkat peraturan-peraturan kesusilaan. Dalam peristilahan agama islam, perkataan etika dikenal dengan sebutan “Akhlak” sedangkan dalam bahasa sehari-hari di indonesia disebut dengan budi. 
Asal kata Etika bersal dari perkataan Yunani “Ethos” yang berarti watak atau adat kata ini identik dengan asal kata moral dari bahasa latin “mos” (jamaknya= mores) yang juga berarti adat atau cara hidup. Jadi kedua kata tersebut (Etika dan Moral) menunjukan cara berbuat yang menjadi adat karena persetujuan atau praktek sekelompok manusia. 
Pengertian Etika adalah ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan upaya menentukan perbuatan perbuatan yang dilakukan oleh manusia untuk dikatakan baik atau buruknya, dengan kata lain aturan ataupun pola pola dari tingkah laku yang dihasilkan oleh manusia. Karena adanya etika pergaulan dalam bermasyarakat akan terlihat baik dan buruknya. Etika itu bersifat relatif, yaitu dapat berubah-ubah sesuai kemajuan zaman. Etika juga diartikan sebagai ilmu yang mempelajari kebaikan dan keburukan dalam hidup manusia khususnya perbuatan manusia yang didorong oleh kehendak serta didasari pikiran yang jernih dan diimbangi dengan pertimbangan perasaan. 
Moral berasal dari kata Mores dari bahasa Latin yang berarti aturan kesusilaan ataupun suatu istilah yang digunakan untuk menentukan sebuah batas-batas dari sifat peran lain, kehendak, pendapat, atau batasan perbuatan yang secara layak dapat dikatakan benar, salah, baik maupun buruk.
Pengertian Moral menurut istilah adalah merupakan pengetahuan atau wawasan yang menyabut budi pekerti manusia yang beradab. Moral juga berarti ajaran yang baik, buruknya perbuatan dan kelakuan. Moralisasi yaitu uraian (pandangan dan ajaran) tentang perbuatan serta kelakuan yang baik. Demoralisasi yaitu kerusakan moral.

B. Konsep Moral dalam Agama Yahudi 

Dasar agama yahudi sebagai suatu sistem keagamaan dan hukum moral adalah kesucian yang mengandung dua aspek : negatif dan positif. Kesucian agama meminta dalam arti negatif menolak semua penyembahan agama, dan dalam arti positif dijalankannya suatu sitem dalam upacara yang dianggap bangsa yahudi telah diwahyukan kepada mereka dari tuhan. Dalam segi moral kesucian meminta, dalam arti negatif, terhadap setiap desakan nafsu yang membuat manusia itu mementingkan diri sendiri dengan mengorbankan orang lain merupakan nilai pokok kehidupan kemanusiaan. Dalam segi positif, ketaatan kepada suatu etika yang menetapkan pelayanan kepada sesama manusia sebagai titik pusat dari sistemnya. Dasar dari hukum moral tentang kesucian adalah dua prinsip keadilan dan ketulusan. Keadilan sebagai aspek negatif kesucian dan ketulusan sebagai aspek ketulusan. 
Mengenai keadilan, taurat berkata : 
“Janganlah memutar balikan keadilan, jangan memandang bulu, dan jangan menerima suap, sebab suap membuat mata buta orang bijak, dan memutar balikan perkataan orang yang menjauhkan ketulusan. Semata mata keadilan itulah yang harus kau kejar suapaya engkau hidup dan memiliki negeri yang diberikan kepadamu oleh tuhan Allah mu “ ( ulangan, 16 : 19-20 ).
Keadilan berarti pengakuan atas enam hak hak asasi, yakni hak untuk hidup, hak untuk memiliki, hak untuk bekerja, hak untuk berbusana, hak untuk bertempat tinggal, dan hak pribadi. 
Ketulusan membabarkan dirinya dalam penerimaan tugas kewajiban terutama terhadap si miskin, si lemah dan yang tak berdaya. Aturan utamanya sebagai yang dirumuskan Rabbi Hilles sebagai berikut :
“Janganlah melakukan sesuatu kepada orang lain hal-hal yang kau benci kala orang lain berbuat demikian kepadamu “. Dan inilah apa yang dapat kita baca dalam Gemara : 
“ Kebijaksanaan yang tertinggi dialah kasih sayang “ ( Berakot, 17a )
“ Jika dua orang meminta tolong, sedangkan yang satu adalah musuhmu, tolonglah dia terlebih dahulu “ ( Baba Mezia, 32b )
“ Pemberian zakat dan perbuatan mencintai sesamanya adalah sama dengan perintah Taurat, tetapi mencintai sesamanya adalah lebih besar “ ( Sukkah, 49b)
“ Barangsiapa yang mendermakan sekeping uang kepada seseorang yang miskin mendapatkan 6 rahmat yang diberikan padanya, tetapi dia mengucapkan satu perkataan yang lemah lembut kepadanya mendapat 11 rahmat “ ( Baba Batra, 9b )
Kasih sayang yang tidak terbatas tidak hanya kepada sesama mansusia melainkan juga kepada binatang-binatang : 
“ Rabbi judah berkata atas nama rab : seseorang dilarang memakai sesuatu sebelum ia memberi makan binatang peliharaannya “ ( Gittin, 62a )
Etika yahudi merupakan gabungan dari aturan-aturan agama yahudi sendiri dan tradisi etika filsafat barat. Etika yahudi terutama bertujuan untuk menjawab berbagai pertanyaan tentang moral, dan karena itu dapat dikelompokan ke dalam etika normatif. Etika normatif sendiri maksudnya adalah etika yang menetapkan berbagai sifat dan perilaku yang ideal dan seharusnya dimiliki oleh manusia dan tindakan apa yang bernilai dalam hidup ini. Jadi etika normatif merupakan norma-norma yang dapat menuntun agar manusia bertindak secara baik dan menghindarkan hal-hal yang buruk, sesuai dengan kaidah atau norma yang disepakati dan berlaku dimasyarakat.
Keluarga memainkan peran sentral dalam judhaisme, baik secara sosial maupun dalam meneruskan tradisi agama. Menghormati ayah dan ibu adalah salah satu dari sepuluh firman tuhan. Dalam keluarga yahudi berusaha untuk lebih akrab antara satu anggota keluarga dengan anggota keluarga lainnya, menghormati persaudaraan, saling memperhatikan antar yang lebih besar dengan yang lebih kecil, seperti yang terdapat dalam imamat 19:17 “ jangan kau benci saudaramu didalam hatimu. Tegurlah sesamamu dengan terus terang, sehingga engkau tidak terbawa dosa karena dia.”
Taat terhadap agama merupakan bagian integral dari kehidupan di rumah keluarga yahudi termasuk mingguan sabat dan mentaati hukum-hukum makanan-makanan halal. Talmud memerintakan kepada orangtua untuk mengajar anak-anak mereka perdagangan dan keterampilan bertahan hidup, dan anak-anak diminta untuk merawat orangtua mereka. Seperti yang terdapat dalam imamat 19:32,36  
10 Perintah Tuhan dalam Ajaran Agama Yahudi, seperti yang ada dalam Perjanjian Lama, Surat Keluaran, Bab 20, Ayat 1 – 17.
a. Jangan ada padamu allah lain di hadapan-Ku (Keluaran, 20 ayat 3)
b. Jangan membuat bagimu patung yang menyerupai apapun yang ada di langit atas (Keluaran, 20 ayat 4)
c. Jangan menyebut nama TUHAN, Allahmu, dengan sembarangan (Keluaran, 20 ayat 7)
d. Ingatlah dan Kuduskanlah hari Sabat (Keluaran, 20 ayat 8)
e. Hormatilah Ayahmu dan Ibumu (Keluaran, 20 ayat 12)
f. Jangan Membunuh (Keluaran, 20 ayat 13)
g. Jangan Berzinah (Keluaran, 20 ayat 14)
h. Jangan Mencuri (Keluaran, 20 ayat 15)
i. Jangan Mengucapkan saksi dusta tentang sesamamu. (Keluaran, 20 ayat 16)
j. Jangan mengingini sesama kamu (rumah, isterinya, dan hartanya). (Keluaran, 20 ayat 17)

C. Sumber Etika Agama Yahudi 

Setiap agama di muka bumi ini pasti memiliki rujukan atau sumber sebagai acuan untuk menetapkan hukum ataupun aturan sosial kemasyarakatan, termasuk dalam hal moral atau etika. Umumnya setiap agama menjadikan kitab sucinya menjadi sumber acuannya. Demikian pula halnya dalam agama yahudi. Selain bersumber dari hukum-hukum yang dikeluarkan oleh para rabbi, etika yahudi juga berasal dari kitab talmud, ia merupakan perintah hukum yang luas, kebijaksanaan narasi, dan ajaran kenabian. 
Ada tiga prinsip yang ditemukan dalam sumber-sumber rabbi, yaitu:
1. Prinsip yang pertama adalah Pertahanan diri. 
“ Jika seseorang bangun ingin membunuhmu, maka bangunlah terlebih dahulu untuk membunuhnya”
2. Prinsip yang kedua mengatakan
“ Siapapun yang memiliki belas kasihan kepada orang-orang kejam, pada akhirnya dia akan menjadi kejam pula kepada orang-orang murah hati”, kita sebut ini Pembelaan konservatif keadilan retributif . seperti membiarkan penjahat lepas tanpa hukuman yang akhirnya berdampak buruk bagi masyarakat.
3. Prinsip ketiga mengatakan bahwa ketika anda harus memilih antara memberi sedekah kepada kaum miskin kota anda sendiri, dan orang orang dari sebuah kota asing, anda harus menjaga terlebih dahulu
Ketiga prinsip tersebut merupakan prinsip yang masih dipegang oleh sebagian besar penganut agama yahudi Selain berasal dari para rabbi, aturan etika juga berasal dari kitab-kitab suci kaum yahudi diantaranya kitab talmud, karena bagaimanapun juga sumber utama aturan etika dalam agama yahudi berasal dari kitab-kitab suci mereka.
Talmud yahudi isinya antara lain menetapkan bahwa semua orang yang bukan yahudi disebut Goyyim artinya sama dengan binatang, derajat mereka dibawah derajat manusia. Bangsa yahudi adalah “umat pilihan”, satu-satunya ras yang mengklaim diri sebagai keturunan langsung dari adam.

Beberapa contoh perkara yang diatasi oleh perudang-undangan Yahudi
Contoh-contoh sebagian dari perundang-undangan yang bertalian dengan perkara-perkara penting seperti sikap yahudi terhadap kaum wanita perhambaan, pengakuan, serta pandangannya terhadap pewarisan dan juga tentang suatu larangan dalam perkawinan dan lain lain. Dengan mengangkat masalah masalah ini kita akan dapat membukanya jalan untuk mengambil pebandingan antara perundang-undangan agama yahudi.
Anasir-anasir dosa terlalu banyak terdapat di alam pikiran yahudi. Pada setiap hawa nafsu itu bersaranglah dosa dosa. Dosa itu mengotori diri orang yang berbuat dosa itu. Haid dan melahirkan anak, juga dianggap sebagai dosa yang mengotori diri setiap perempuan dan keduanya (Haid dan Nifas) itu mengharuskan pensucian menurut garis-garis dan adat istiadat tertentu, serta pengorbanan dan sembah yang melalui tangan para kahin. Memberikan sedekah dan menghadiahkan korban korban adalah suatu cara untuk menebus dosa-dosa tersebut, yakni setelah membuat pengakuan sepenuhnya sedekah, dan korban itu kahin sebagai syarat.
Berdasarkan ini, maka nyatalah bahwa masyarakat yahudi itu merupakan suatu masyarakat yang diliputi oleh dosa-dosa, dan masyarakat yang dikelilingi oleh unsur-unsur dan pengampunan pada saat yang bersamaan, sehingga seorang pedagang telah dan akan selalu mengurangi timbangan dan menipunya, kemudian segera pulanglah ia mengupayakan penebusan terhadap dosa nya dengan sembahyang dan pengorbanan.

a. Penghambaan

Taurot telah memperbolehkan penghambaan melalui pembelian atau dengan sebab peperangan. Maka Taurat telah menjadikan seorang ibrani memperhambakan diri kepada seorang ibrani yang lain, ketika ia menjadi miskin. Seorang miskin diperbolehkan untuk menjual dirinya kepada seorang kaya, atau seorang yang berutang menyerahkan dirinya kepada si yang punya utang sehingga ia dapat menebus kembali hutangnya atau ia akan tetap menjadi hamba kepada si mpunya hutang selama 6 tahun, dan ia menjadi bebas.
Adapun perhambaan yang disebabkan karena penawanan, dalam suatu peperangan, akan lebih mudah yang demikian itu untuk diperlakukan oleh kaum yahudi terhadap musuh musuh mereka. Perjanjian lama telah menegaskan sebagai berikut:
“Jika kamu datang dari suatu negeri untuk memerangi pertama kali ajaklah mereka untuk berdamai. Jika rakyatnya menyambut seruan damai itu dan dibukakan pintu untuk kamu dapat memasukinya, maka seruan rakyat yang berada disitu menjadi umat yang diperhambakan kepada kamu. Jika mereka tidak mau menyerahkan, bahkan mengajak berperang kepada kamu, maka hendaklah kamu mengepung mereka. Jika tuhan kamu menyerahkannya ke tangan kamu, maka potonglah kepala lelakinya dengan pedang. Adapun kaum wanita, anak anak kecil dan binatang binatang serta semua yang ada di dalam negeri itu, semua menjadi rampasan kamu boleh merampasnya untuk dirimu.

b. Berkhitan (bersunat)

Pada masa dulu manusia sendiri yang harus menyerahkan dirinya untuk dijadikan korban, kemudian tuhan tuhan itu merasa cukup dengan sebagaian dari manusia, dan sebagai itu cukuplah yang dipotong ketika melakukan khitan. Khitan pada masa dulu juga pernah menjadi pekerjaan yang tersebar diantara orang orang mesir purba. Ia dilakukannya dengan motivasi untuk menjaga kesehatan dari kotoran-kotoran yang suka sereing menyeleksi anggota pertubuhan. Orang orang yahudi meniru aktivitas khitan itu dari orang-orang mesir lalu dijadikan sebagai suatu hal yang berhubungan dengan korban-korban dan pengorbanan-pengorbanan yang dikemukakan untuk tugas tugas untuk mencai keampunan dan kerelaan tuhan-tuhan. 

c. Perwarisan

Orang pertama yang mewarisi si mayit yahudi adalah anaknya yang laki laki. Jika anak lelakinya banyak, maka yang sulung diantaranya mendapat dua kali lipat dari saudara-saudaranya. Tidak ada bedanya antara anak yang sah dalam pembagian waris tersebut. Setiap anak mendapatkan bagiannya tanpa memperhitungkan nikah yang karenanya ia telah dilahirkan. Anak sulung tidak dapat disingkirkan disebabkan ia telah dilahirkan dari perkawinan yang bukan syar’i (legal). Adapun anak perempuan, bagi mereka yang belum mencapai umur 12 tahun, maka ia memperloeh hak nafkah dan pendidikan sehingga ia mencapai umur 12 tahun, sesudah itu ia tidak memmpunyai hak lagi.

d. Nikah (perkawinan)

Umur yang wajib untuk seseorang dapat melakukan dalam agama yahudi adalah apabila seorang laki laki telah mencapai umur 13 tahun, dan 12 tahun bagi perempuan. Dan apabila usia 20 tahun dan dia masih belum mau kawin, maka ia berhak menerima laknat. Poligami diperbolehkan, walau berapa banyak sekalipun dalam syariat yahudi. Tidak pernah ada suatu larangan untuk berpoligami termasuk batasannya. Baik dalam taurat maupun hukum-hukum nabi sebelum islam. 

e. Perempuan

Pope Petra berkata: “Alangkah bahagianya seseorang yang diberikan Allah anak laki laki, dan alangkah buruknya nasib orang tidak diberikan oleh-nya selain anak anak perempuan. Ya memang tidak bisa kita ingkari perlunya perempuan untuk tugas regenerasi.



PENUTUP


A. Simpulan

Moral berasal dari kata Mores dari bahasa Latin yang berarti aturan kesusilaan . Etika artinya sama dengan kata indonesia “kesusilaan” yang terdiri dari bahasa sanksekerta “su” yang berarti baik, dan “sila” yang berarti norma kehidupan.  Dalam Agama Yahudi Keluarga memainkan peran sentral dalam judhaisme, baik secara sosial maupun dalam meneruskan tradisi agama. Menghormati ayah dan ibu adalah salah satu dari sepuluh firman tuhan. Dalam keluarga yahudi berusaha untuk lebih akrab antara satu anggota keluarga dengan anggota keluarga lainnya, menghormati persaudaraan, saling memperhatikan antar yang lebih besar dengan yang lebih kecil, seperti yang terdapat dalam imamat 19:17 “ jangan kau benci saudaramu didalam hatimu. Tegurlah sesamamu dengan terus terang, sehingga engkau tidak terbawa dosa karena dia.”.

B. Saran

Dalam pembuatan makalah ini kami memakai kajian pustaka, dari beberapa sumber. Dan jika terdaoat kekurangan, mohon untuk diteliti kembali dengan mencari sumber yang lebih lengkap.

Daftar Pustaka


Ahmad Salabi, Perbandingan Agama Yahudi, Sinar Grafika Offset, Jakarta, 1996, hlm. 310.
Dina Munawaroh, “Agama Yahudi”, diakses dari http://www.academia.edu/9791517/BAB_I_AGAMA _YAHUDI, pada tanggal 17 november 2017 pukul 14.00
Ulfat Aziz-us-Samed, Agama Besar Dunia, 1990, hlm 163
Smith Huston, Agama-Agama Manusia, yayasan obor indonesia, jakarta, 1999

Komentar

Blog Lainnya